Jumat, 21 September 2007

SAATNYA PEMILIH MENILAI DAN MENIMBANG...

Oleh Zamzami A Karim

Pengamat Politik STISIPOL Raja Haji

Empat pasangan kandidat calon Walikota dan wakilnya telah didaftarkan ke KPUD Tanjungpinang. Setelah melewati fase perkenalan dan sosialisasi kepada publik, para kandidat lalu dideklarasikan oleh masing-masing perahunya. Segala syak wasangka dan spekulasi yang beredar di tengah publik pemilih telah terjawab. Proses negosiasi parpol dan kandidat telah mencapai klimaksnya dengan deklarasi dan pendaftaran pasangan calon 12 September lalu.

Kalau boleh dikelompokkan ke dalam fase-fase “pertarungan” menuju kursi Gurindam 1, maka fase ini boleh disebut fase tawar menawar, di mana aktornya hanya terbatas pada parpol, sang kandidat, dan tim suksesnya. Ini merupakan wilayah negosiasi antara para pihak seperti simbiosis mutualisme, di mana ada kandidat yang berjuang mencari perahu tumpangan, dan sebaliknya ada parpol yang mencari kandidat yang sesuai untuk diusung.

Hasilnya ada kandidat yang sejak awal sudah dibesar-besarkan melalui media dan sarana polling pendapat umum, ternyata tidak mendapatkan parpol pengusung sebagai perahunya. Begitu juga kita melihat ada parpol yang sejak awal diperhitungkan bakal mengusung kadernya, ternyata hanya mengusung calon ekstenal partai, bahkan ada yang gagal memperoleh “penumpang”.

Karena fase ini merupakan fase terbatas di kalangan parpol dengan sang kandidat, maka wajar bila muncul berbagai spekulasi. Publik, dalam fase ini, berperan sebagai penonton yang tidak terlalu dipertimbangkan dalam penentuan pasangan calon atau memilih parpol pengusung.

Munculnya empat pasangan kandidat di atas, membuktikan bahwa publik pemilih memang berada di luar arena pertimbangan dalam tawar-menawar. Padahal, berbeda dengan Pilwako 2002 yang lalu, publik pemilih memang diposisikan sebagai penonton, sedangkan pemainnya adalah 25 orang anggota DPRD, sehingga dengan mudah untuk melakukan kalkulasi politik. Pilkada langsung saat ini tidak bisa lagi mengabaikan harapan publik, walaupun parpol masih merupakan satu-satunya kendaraan.

Secara akal sehat, kita tentu akan terkejut dengan figur-figur yang ternyata muncul dalam pendaftaran kandidat. Ada beberapa alasan mengapa kita terkejut. Pertama, ada pasangan kandidat yang belum begitu popular atau belum dikenal di mata publik. Kedua, ada juga figur yang “popular” tetapi jauh dari harapan publik. Ketiga, ada figur kuat dan popular yang dengan PDnya (baca: over confidence) justru memilih pasangan yang diluar harapan masyarakat. Yah karena itulah, politik sering diartikan sebagai the art of possible, seni serba kemungkinan.

Baca selengkapnya...