Jumat, 30 November 2007

PIDATO WISUDA SARJANA VII

SAMBUTAN KETUA
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI

Pada Acara Wisuda Sarjana VII Tahun Akademik 2007-2008
Tanggal 28 November 2007


Yang kami hormati,


· Koordinator Kopertis Wilayah X Padang; Ketua Dewan Pengurus Yayasan Raja Haji Fisabilillah; Gubernur Provinsi Kepulauan Riau beserta jajarannya; Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau dan Ketua DPRD Kabupaten Bintan, serta Ketua DPRD Kota Tanjungpinang;

· Para pimpinan instansi baik sipil maupun militer se Propinsi Kepulauan Riau;

· Tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai, pemuka-pemuka adat, yang kecil tak tersebut nama yang besar tak terhimbau gelar;

· Para wisudawan/ti beserta keluarga yang berbahagia;

· Para mahasiswa dan alumni STISIPOL Raja Haji yang dibanggakan, serta hadirin undangan yang kami muliakan.


Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Arif tak pernah Lena, yang karena atas izin-Nya jualah kita pada hari ini dapat melaksanakan Sidang Terbuka Senat Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji dalam rangka Wisuda Sarjana VII (ke tujuh) Tahun Akademik 2007-2008.

Tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, Rasul akhir zaman, yang mengajarkan kita untuk
“MEMBACA”, sehingga mata, hati dan fikiran kita terbuka.

Para hadirin yang kami muliakan...

Izinkan kami mengajak para hadirin untuk menundukkan kepala sejenak dengan mengirimkan bacaan Al Fatihah kepada pendahulu kami yang telah berjasa membawa STISIPOL seperti saat ini, yaitu Almarhum Dr. H. Sudirman Syamsuddin, MM, mantan Ketua STISIPOL periode 1999 – 2006.

Para wisudawan/ti yang berbahagia....

Hari ini merupakan hari penting dan bersejarah bagi saudara, karena sesaat lagi akan segera dilantik secara resmi menjadi seorang Sarjana. Sebagai Sarjana bukan dinilai dari gelar yang disandang setiap hari, akan tetapi lebih dari itu, saudara-saudara akan dinilai oleh masyarakat dari cara berfikir dan bertindak yang cermat dan teliti. Selain itu, saudara-saudara juga dituntut untuk dapat mengabdikan dan mengamalkan ilmu yang saudara peroleh selama di bangku perkuliahan pada lingkungan yang lebih nyata di tengah masyarakat.

Walaupun upacara wisuda merupakan seremonial rutin dalam kehidupan suatu perguruan tinggi, namun bagi STISIPOL Raja Haji saat wisuda berarti saat melepaskan kader-kader bangsa, untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat khususnya daerah ini, untuk tumbuh, berkembang dan mengabdi guna membangun hari depan bangsa yang lebih baik.

Koordinator Kopertis Wilayah X, Gubernur dan para hadirin yang kami muliakan,

Hari ini STISIPOL Raja Haji setelah melewati SEWINDU usianya, dapat melantik 76 orang lagi lulusan Sarjana, yang terdiri dari 53 orang dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara, 16 orang dari Program Studi Ilmu Pemerintahan, dan 7 orang dari Program Studi Sosiologi. Secara keseluruhan kampus ini telah meluluskan alumni sebanyak 327 orang dan berdasarkan data yang kami terima 95% dari seluruh alumni telah mengabdikan ilmunya yang mereka peroleh pada instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang menyebar di seluruh daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau maupun di luar daerah.

Untuk peningkatan mutu dari tahun ke tahun STISIPOL Raja Haji terus berbenah dengan meningkatkan kompetensi dosennya. Saat ini dosen tetap yang sedang mengikuti pendidikan S-3 di luar negeri sebanyak 2 orang dan di dalam negeri 1 orang, yang telah menyelesaikan pendidikan S-2 sebanyak 11 orang dan 2 orang dalam proses penyelesaian studinya, serta 2 orang yang baru saja mulai menempuh pendidikan S-2, serta 2 orang lagi dalam daftar tunggu. Sedangkan dosen luar biasa yang telah menyelesaikan S-3 (Doktor) ada 1 orang, dan masih dalam menyelesaikan studinya 1 orang. Selain dituntut untuk meningkatkan kualitas, setiap dosen juga wajib mempunyai jabatan fungsional akademik. Saat ini sebagian besar dosen STISIPOL Raja Haji telah mempunyai jabatan fungsional (lebih kurang 98%) dari jumlah keseluruhan dosen yang ada.

Ketua Yayasan, Koordinator Kopertis, Gubernur dan hadirin yang dimuliakan...

Sebagai informasi STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang sekarang mempunyai mahasiswa sebanyak 1911 orang, sedangkan yang terdaftar aktif dalam perkuliahan saat ini seramai 1640 orang. Kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan daya tampung dan daya kelola, sehingga menjadi perhatian serius kami, mengingat setiap tahunnya terjadi peningkatan luar biasa minat masyarakat mengirimkan putra-putrinya belajar di STISIPOL Raja Haji. Kami mohon maaf, terpaksa membatasi jumlah penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2007-2008 yang baru lalu, dari 840 pendaftar hanya dapat kami tampung seramai 400-an mahasiswa saja.

Beruntunglah kita dengan berdirinya Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), di mana STISIPOL turut ambil bagian di dalamnya, maka pilihan masyarakat akan pendidikan tinggi semakin beragam, sehingga sampai saatnya STISIPOL mulai fokus pada upaya memantapkan sumber daya yang ada dalam rangka memberi arti yang lebih dari keberadaannya di tengah masyarakat.

Para hadirin yang dimuliakan...

Untuk mendukung suasana akademik yang nyaman, seluruh ruang kelas full AC, tersedia Masjid, Kantin, ruang Perpustakaan yang diperluas dengan fasilitas Warnet, serta tersedia akses internet Hotspot tanpa kabel (WiFi) dalam radius 200 meter, serta penyediaan Genset berkapasitas 60.000 kVA untuk mengantisipasi gangguan listrik dalam proses administrasi dan perkuliahan. Tentu masih banyak fasilitas yang belum sanggup kami sediakan sendiri. Untuk itu, kelanjutan kerjasama semua pihak selama ini sangat berarti bagi kami, dan kami menyempatkan diri untuk menyampaikan penghargaan dan terimakasih.

Sebagai bahan laporan bahwa kami telah dibantu oleh:

1. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk keperluan gedung dua lokal sejumlah Rp. 200 juta, yang sekarang telah dimanfaatkan sebagai ruang kuliah, dan dua lokal lagi dengan nilai yang lebih besar dalam proses pengerjaan;

2. Kami sedang menanti pencairan bantuan yang dijanjikan untuk melengkapi buku-buku perpustakaan baik dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten maupun Kota di Kepulauan Riau.

3. Masyarakat sekitar kampus untuk memakmurkan Masjid Kampus STISIPOL yang telah dimafaatkan sebagai sarana pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Pengajian AlQuran.

Kerjasama dengan Pemerintah Daerah sebagai implementasi MoU antara STISIPOL Raja Haji dan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau telah berjalan melalui berbagai kegiatan-kegiatan Penelitian, Pendidikan dan Latihan, serta Pengabdian Masyarakat. Kami juga mengajak Pemerintah Daerah di Kabupaten dan Kota untuk memanfaatkan peluang yang sama bersama kami.

Alhamdulillah tenaga-tenaga peneliti yang ada telah mendapat kepercayaan yang baik dari pemerintah daerah maupun swasta. Hal ini terbukti dengan terlibatnya tenaga peneliti kita dalam kegiatan penyusunan Kebijakan Pemerintah, baik di bidang Pendidikan, Energi dan Listrik, Pemberdayaan Masyarakat, Renstra Pengentasan Kemiskinan, naskah Akademik Ranperda Terumbu Karang, Pengkajian Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, dan banyak lagi lainnya, serta berbagai penelitian dengan pihak swasta baik berskala lokal maupun nasional.

Di samping itu pula STISIPOL Raja Haji juga telah menandatangani MoU dengan DMDI International College Malaysia, dan akan terus dibangun jalinan kerjasama dengan lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi dan Penelitian di dalam dan luar negeri. Kami juga telah menerima berbagai kunjungan ilmiah dari Profesor-Profesor dalam dan luar negeri, termasuk Ilmuwan Politik dari Standford University AS, Dr. Donnald K. Emmerson dan Dr. Ehito Kimura, Dr. Carole Faucher dari Tokyo University, yang kesemuanya dalam rangka membangun network STISIPOL dengan dunia luar. Itulah upaya-upaya kecil mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan untuk mewujudkan visi STISIPOL Raja Haji sebagai pusat kecemerlangan (center of excellence) berkualitas dan berdaya saing.


Kajang Puan Kajang Berlipat
Kajang Kami Mengkuang Layu
Agar Hidup Mendapat Tempat
Penuhi Dada Menimba Ilmu

Apa Tanda Mengkuang Layu
Rasanya hambar tidak berserat
Apa tanda Orang berilmu
Di tengah Masyarakat Memberi Manfaat

Kepada wisudawan/ti dihimbau untuk menimba sebanyak mungkin pengalaman dan mengamalkan ilmu yang diperoleh bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Berikan yang terbaik yang saudara miliki bagi kepentingan bangsa dan negara, keberhasilan saudara di tengah masyarakat merupakan barometer kesarjanaan sejati. Tahniah dan Selamat...

Juga ucapan selamat kepada orang tua dan keluarga saudara, selamat bekerja, selamat mengabdi dan sukses. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi kita semua.

Kepada semua pihak antara lain Pimpinan Yayasan Raja Haji Fisabilillah, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Kabupaten Bintan, serta Pemerintah Kota Tanjungpinang, sahabat-sahabat dari LSM, Media Massa, dan Dunia Usaha, rekan-rekan dosen, ketua-ketua Program Studi, kepala P3M, kepala Perpustakaan, unsur pegawai di lingkungan STISIPOL Raja Haji, serta semua pihak yang telah memberikan perhatian besar dan kerjasamanya atas perkembangan STISIPOL Raja Haji sejak dulu hingga sekarang dan yang akan datang. Saya mengucapkan terima kasih.

Akhirnya sekali lagi atas nama keluarga besar Civitas Akademika STISIPOL Raja Haji mengucapkan selamat jalan kepada saudara-saudara, mudah-mudahan saudara-saudara diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menempuh kehidupan di masa yang akan datang.

Kepada para hadirin yang dimuliakan...

Kami melepaskan dan terimalah putra-putri kami di lingkungan Anda, inilah wujud bakti kami bagi bangsa dan negara.

Apa tanda pohon berbuah
Putik berbunga daunnya rindang
Apa tanda bangsa bermarwah
Ilmu di dada tak menyusahkan orang

Akhir kalam, mohon maaf atas segala kekurangan, terima kasih atas segala perhatian, wabillaahittaufiq wal hidayah.

Fastabiqul khairat,
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tanjungpinang, 28 November 2007

Baca selengkapnya...

WISUDA SARJANA VII STISIPOL RAJA HAJI

Hari Rabu 28 November 2007, STISIPOL Raja Haji melaksanakan prosesi Wisuda Sarjana VII dalam suatu Sidang Senat Terbuka. Jumlah wisudawan dari tahun ke tahun terus meningkat, namun bukan berarti tugas berat mengemban misi pendidikan tinggi di negeri ini berjalan mulus. Banyak yang harus dibenahi, seperti membangun manajemen akademik yang lebih responsif dan berorientasi pelayanan.

Tahun 2006, jumlah wisudawan berjumlah 74 orang, dan tahun ini meningkat menjadi 76 orang. Peningkatan yang sedikit ini bukan karena minimnya jumlah lulusan, tetapi ternyata ada beberapa mahasiswa yang memang berhalangan untuk mengikuti Wisuda tahun ini, karena berbagai kendala.

Namun secara keseluruhan STISIPOL telah meluluskan seramai 327 Sarjana, sedangkan kondisi eksisting jumlah mahasiswa yang terdaftar aktif seramai 1640 orang.

Kepada para wisudawan diucapkan Selamat dan Semoga Sukses menempuh kehidupan dalam dunia nyata di Masyarakat.

Baca selengkapnya...

Senin, 26 November 2007

ANUGERAH ALLAH YANG KU TUNGGU-TUNGGU


Hari ini Senin 26 November 2007 tepat pukul 12.40 tengah hari telah terlahir ke muka bumi Putri yang ku tunggu-tunggu, buah hati anugerah Allah SWT, dan ku beri nama Salsabila Nur Ilmi.

Terlahir putriku itu dengan bobot 3,4 kg dan panjang 49 cm, wajahnya mungil kulit kemerahan, rambutnya lebat. Ohh... ya Allah, Maha Suci Engkau, Segala Puji Bagi Engkau, Tuhan Sekalian Alam yang Bebas dari sifat Cela. Engkau anugerahkan bagiku, seorang putri yang jelita, semoga ia menjadi cahaya di Syurga, cahaya ilmu, penerang jalan Ayah dan Bundanya di Surga.

Ya Allah, Rabbul Izzati, jadikanlah zuriatku ini Qurrata A'yun, penghias pandangan dihadapan Mu Ya Allah, perkayalah ia dengan cahaya Ilmu Mu Ya Allah.

Dan jadikan kedua saudara lelakinya sebagai pelindung adik perempuannya.

Baca selengkapnya...

Minggu, 04 November 2007

KUMPUL BUDAYAWAN DAN CENDIKIAWAN MUDA DI STISIPOL



Tanggal 3 November yang lalu, Dewan Kesenian Kepulauan Riau bersama BEM STISIPOL Raja Haji mengadakan Diskusi Budaya bertema PENGARUH SEZ TERHADAP BUDAYA LOKAL, dengan menghadirkan para budayawan dan cendikiawan muda di Aula Kampus STISIPOL Raja Haji.

Diskusi yang diikuti secara antusias oleh para mahasiswa, juga dihadiri oleh para Penyair Handal Kepulauan Riau seperti Hasan Aspahani, Samson rambah Pasir, dan juga dihadiri oleh Budayawan muda Nasional yaitu Sitok Srengenge.

Acara ini adalah dalam rangka BINTAN ARTS FESTIVAL 2007, dan terselenggara oleh kerja keras budayawan Kepri Husnizar Hood.

Baca selengkapnya...

Dominasi Pasar dan Negara Terhadap Budaya Lokal


Makalah untuk diskusi Budaya bertema “Pengaruh SEZ terhadap Budaya Lokal” oleh Dewan Kesenian Propinsi Kepri tanggal 3 November 2007 di Tanjungpinang.

Pengantar

Kebudayaan pada dasarnya merupakan produk kemanusiaan manusia. Karena nilai kemanusiaanlah maka sebuah kebudayaan dapat diangkat menjadi produksi yang memiliki arti dalam kehidupan sebuah bangsa. Oleh karena produk kebudayaan sangat inheren di dalam aktifitas akal budi manusia dalam merespon berbagai dinamika persoalan dalam kehidupan, maka lama kelamaan kebudayaan itu akan mengalami perubahan sesuai dengan setting ipoleksobud hankam yang dihadapi oleh bangsa tersebut.

Memperhatikan kedinamisan tiga unsur Pasar, Negara dan Masyarakat sebagai satu kesatuan, maka relasi ketiga unsur
tersebut juga sangat diwarnai oleh setting sebagaimana disebutkan di atas. Ipoleksosbud Hankam, sebuah kerangka setting kehidupan sebuah bangsa memberi warna dan bentuk kepada relasi tiga unsur tersebut. Pada suatu ketika, Negara bisa sangat mendominasi kedua unsur lainnya, adakalanya Masyarakatlah yang menentukan, dan ada ketika lain dimana Pasarlah yang mendiktekan relasi tersebut. Maka dari itu, untuk mendiskusikan topic kita pada kali ini, maka kita harus menakar kekuatan manakah dari ketiga unsur tersebut yang ‘hari-hari gini’ memegang kendali dominasi. Dengan demikian kita dapat pula membaca warna IPOLEKSOSBUD HANKAM negeri ini.

SEZ: Dominasi Pasar ataukah Negara?

Sebelum membedah pengaruh SEZ terhadap Budaya Lokal, perlu kiranya memahami situasi seperti apakah yang mewarnai begitu mengebu-gebunya kita minta dijadikan daerah ini sebagai SEZ alias KEKI? Apakah ia merupakan kebutuhan masyarakat untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi menuju cita-cita kesejahteraan? Ataukah ia merupakan setting yang dirancang oleh Negara (baca: Pusat) secara struktural dalam mengatasi dua tantangan, yaitu globalisasi ekonomi berwarna neolib[1]) dan kelangkaan sumber daya domestik untuk mempertahankan sustainabilitas kekuasaan. Posisi ‘terjepit’ Negara menunjukkan adanya pemain lain, yaitu kekuatan Pasar yang dibawa oleh arus globalisasi neolib.

Bila dilihat secara struktural, kekuatan Negara dan Pasar seringkali berorientasi pragmatis, berjangka pendek, dan bersifat instant. Negara butuh sumberdaya yang cukup untuk ‘menjadi bensin pembakar’ mesin pembangunan yang memerlukan keputusan dan cepat ketersediaan yang segera. Nah, Pasar adalah pemain rasional, yang tentu saja sangat pragmatis meraih dan mengejar berbagai peluang untuk akumulasi modal dan kekayaan. Tidak banyak pemain dalam wilayah Pasar yang berasal dari penduduk tempatan, biasanya berasal dari luar daerah, bahkan umumnya expatriate. Jangan diharapkan adanya nasionalisme, kesetiaan, dan toleransi di wilayah ini. Yang berlaku adalah hukum rimba ekonomi laizzes faire.

Ketika Negara terdesak, dapatkah Masyarakat memenuhi keinginannya? Bila tidak, maka Pasar akan mengambil peran besar dan bisa jadi mengubah peran negara sebagai alat komprador alias budak bagi kepentingan pelaku Pasar. Mengapa kepada masyarakat harapannya pesimis?

Budaya Lokal: Untuk Apa?

Bila SEZ adalah kebutuhan masyarakat, maka perubahan yang berlangsung harusnya bersifat kultural. Pendekatan kultural lebih memakan waktu yang lama, tetapi memiliki daya tahan yang tinggi. Bila SEZ bertujuan untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan bagi masyarakat, maka tentu saja kultur masyarakat harus dibangun agar tidak menjadi budak atau kuli di dalam wilayahnya sendiri[2].

Dalam konteks inilah, saya melihat SEZ selain sebagai ancaman terhadap eksistensi budaya lokal, bisa pula sebagai restrospeksi menggali kembali nilai budaya progresif yang dimiliki oleh kaum Melayu berkurun-kurun yang lalu. Bukankah, bangsa Melayu pernah menguasai pasar pada 5 abad (?) yang lalu?

Pernah ada keyakinan bahwa usaha demikian memiliki titik cerah, ketika Syed Hussein Alatas seorang sosiolog dari Malaysia menulis buku dengan judul The Myth of Lazy Native. Bahwa cercaan terhadap orang tempatan yang selalunya lebih malas, tidak kompetitif, dan terbelakang ketimbang pendatang adalah hanya sebuah mitos yang diciptakan. Kalau demikian, bisakan melalui SEZ ini, kaum tempatan mewarnai budaya pasca masuknya pengaruh globalisasi pasar ekonomi neolib?

Sekali lagi, bahwa kebudayaan adalah merupakan produk kemanusiaan manusia. Jadi ia dihasilkan oleh kesadaran yang sesadar-sadarnya akan realitas kehidupan yang dinamis dan terus berubah. Istilah ‘budaya lokal’ mengandung konotasi (maaf) kejumudan. Kecuali bila kita percaya bahwa budaya yang dimiliki masyarakat tempatan memang luhur, mulia, progresif dan adalah produk kesadaran kemanusiaan manusia dimana ia hidup dinamis dalam setting sosio-kultural yang tak mengenal jeda.

Seorang sosiolog terkemuka Daniel Bell dalam bukunya The Future of Technology (2001) mengidentifikasi manusia secara taksonomi di samping sebagai homo sapiens, manusia juga merupakan homo faber dan homo pictor. Sebagai homo sapiens, diartikan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir, thingking or knowing man. Bell mengatakan: Homo faber is a being capable of fabricating things: a toolmaker. Homo pictor is a being who can picture things: an imaginator

Jadi manusia di samping memiliki kemampuan berpikir dan berimajinasi, ia juga diberi kelebihan untuk menciptakan barang sesuatu. Hanya pertanyaannya adalah if you can imagine things, can you also make them? Perbedaan kemampuan inilah yang kemudian membentuk perbedaan taraf kebudayaan dan teknologi sesuatu masyarakat. Sangat banyak kita jumpai orang yang bisa berimajinasi, tetapi sedikit sekali yang mampu mencipta wujudnya. Misalnya, dulu orang berimajinasi merindukan sampai ke bulan, tetapi yang mewujudkannya baru sedikit.

Jadi ketinggian atau keunggulan karya budi manusia yang kita sebut budaya itu, adalah produk kesadaran atas realitas kehidupan yang dinamis, yang justru memberi bentuk dan arah bagaimana relasi antar unsur Masyarakat, Negara dan Pasar yang seharusnya. Kalau kita sedang menggebu-gebu mewujudkan SEZ di kawasan ini, jangan-jangan itulah taraf kebudayaan kita, karena melalui sistem budaya yang kita setting secara struktural itulah, pemenuhan kebutuhan fisik dan moral akan “dimainkan“.

Berkaitan dengan adanya SEZ ini, mengapa kita mempersoalkan nasib budaya lokal? Kalau SEZ merupakan kebutuhan masyarakat, maka tugas komponen masyarakat untuk memberi ruh dinamis kepada kesadaran manusia lokal agar ‘melek’ alias bangun dari mimpi manja mereka. Karena, secara substantif harus disadari bahwa Negara dan Pasar sedang memegang kendali dominasi, bukan masyarakat.

Wallahua’lam



[1] Mengenai gempuran globalisasi terhadap politik dan kebijakan nasional dapat dibaca juga buku Jacques B Gelinas, Juggernaut Politics: Understanding Predatory Globalization, LondonNew York: Zed Books, 2000. & Globalisasi digambarkan seperti kendaraan besar yang melaju kencang, juggernauts.

[2] Mengenai pandangan yang mendukung globalisasi dan menolak anggapan bahwa globalisasi melindas kekuatan lokal dari negara-negara miskin dikemukakan oleh dua orang editor dan koresponden The Economist yaitu John Micklethwait & Adrian Wooldridge, Masa Depan Sempurna: Tantangan dan Janji Globalisasi, Jakarta: Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia, 2006.


Baca selengkapnya...